SABER, PALOPO | Angoota DPRD Palopo lakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Gedung Bulog yang terletak di Kecamatan Bara, Selasa 17 Desember 2024.
Sidak ini dipimpin oleh Ketua Komisi C, Taming M Somba, bersama anggota lainnya, Umar, Bata Manurun, Andi Muh Tazar, Irfan Nawir, dan Umar, serta dihadiri perwakilan dari Dinas Perdagangan dan Dinas Ketahanan Pangan.
Taming M Somba mengungkapkan tujuan kunjungan tersebut adalah untuk memastikan ketersediaan beras yang cukup menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
“Kami ingin memastikan stok beras di Bulog terjamin, khususnya dalam menghadapi musim libur yang seringkali memengaruhi distribusi pangan,” ujarnya.
Taming juga menekankan pentingnya kualitas beras yang disalurkan kepada masyarakat, terutama yang berkaitan dengan anggaran pemerintah.
Ia berharap beras yang disalurkan memiliki kualitas yang baik agar tidak merugikan konsumen.
Namun, dalam kunjungan tersebut, rombongan menemukan tumpukan beras impor asal Myanmar di dalam gudang Bulog, yang menjadi sorotan mereka.
“Kenapa ada beras dari Myanmar? Padahal stok beras kita melimpah,” tanya Taming.
Taming pun menyatakan akan menyampaikan temuan ini ke tingkat yang lebih tinggi, mengingat ia menilai beras lokal seharusnya lebih diutamakan.
“Secara pribadi, saya lebih memilih produk lokal ketimbang beras impor dari Myanmar. Tapi ini kebijakan nasional. Kami ingin agar petani kita lebih sejahtera,” ujar Taming, yang mengaku sebagai anak petani dan sangat memahami kesulitan yang dihadapi petani lokal.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Pimpinan Bulog Cabang Palopo, Viona Cheria, menjelaskan bahwa stok beras di Bulog aman hingga satu tahun ke depan.
Mengenai beras impor asal Myanmar, Viona menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan kebijakan pemerintah pusat.
“Beras dari Myanmar ini merupakan penugasan, tidak rutin. Kami terpaksa menerima untuk mengantisipasi pergeseran musim panen akibat perubahan cuaca di awal tahun kemarin,” katanya.
Viona juga menambahkan bahwa meskipun beras impor dari Myanmar ada di gudang, prioritas penyaluran tetap diberikan kepada beras hasil panen lokal. “Ini hanya langkah antisipasi, dan stok beras lokal tetap menjadi prioritas kami,” ujar Viona.
Terkait perbedaan kualitas, Viona mengungkapkan bahwa beras Myanmar memiliki kualitas yang lebih baik, dengan broken 5, sementara beras lokal memiliki broken 20, meskipun keduanya dijual dengan harga yang sama, yaitu Rp11.500 sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).(*)