Latihan Tanpa Ilmu, Risiko Tanpa Batas: Peringatan Bang Tiwa Untuk Member Dan Personal Trainer

SABER, PALOPO | Fenomena ego lifting kian marak terjadi di berbagai pusat kebugaran, di mana sejumlah pengunjung gym lebih mementingkan gengsi dan bobot angkatan besar daripada teknik yang benar dan aman. Praktik ini bukan hanya meningkatkan risiko cedera serius, tetapi juga menciptakan budaya latihan keliru bagi pemula yang sering meniru tanpa pemahaman dasar.

Influencer fitness asal Palopo, Bang Tiwa, menegaskan bahwa tren ini harus menjadi perhatian serius pelatih maupun pengelola gym. Banyak orang datang ke gym hanya untuk terlihat kuat, bukan untuk menjadi kuat. Padahal, teknik itu fondasi. Tanpa teknik yang benar, angkat seberat apa pun tidak ada manfaatnya, malah bisa merusak tubuh,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Bang Tiwa menjelaskan bahwa sebagian besar kasus cedera yang ia temui berasal dari keinginan menunjukkan kemampuan yang tidak sebanding dengan kesiapan fisik. Menurutnya, latihan yang benar seharusnya dimulai dari pembentukan pola gerakan, kestabilan tubuh, serta penguatan otot secara bertahap. Tidak ada proses instan di dunia fitness. Jika memaksakan beban tanpa progres yang tepat, yang rusak duluan bukan ototnya, tapi sendi dan tulang belakang,” tambahnya.

Ia juga menilai bahwa maraknya unggahan di media sosial yang menampilkan angkatan ekstrem turut memicu budaya pamer kekuatan yang keliru. Banyak pemula terpicu meniru tanpa memahami bahwa atlet atau lifter berpengalaman memiliki teknik dan pengawasan ketat. Video angkat beban berat itu seringkali tidak memperlihatkan proses panjang di belakangnya. Penonton cuma lihat hasil, bukan latihan bertahun-tahun,” jelasnya. Rabu (19/11/25).

Lebih jauh, Bang Tiwa yang juga seorang advokat/pengacara menyoroti pentingnya peran personal trainer (PT) dalam menciptakan lingkungan gym yang aman dan profesional. Menurutnya, seorang PT wajib memiliki sertifikat resmi sebagai bukti kompetensi dan perlindungan hukum. Kalau terjadi insiden pada member, sertifikat itu membuktikan PT bekerja sesuai standar profesi. Secara hukum, ini bisa meringankan tanggung jawab karena PT dapat menunjukkan bahwa ia bekerja berdasarkan keahlian yang diakui,” terangnya.

Namun, ia menekankan bahwa sertifikat saja tidak cukup. Seorang PT harus menguasai teori latihan, prinsip biomekanika, teknik angkatan, serta pemahaman nutrisi seperti kalori, protein, dan kebutuhan makro lainnya. Member mempercayakan tubuhnya kepada PT. Kalau PT tidak paham dasar nutrisi atau kapasitas klien, itu bisa berbahaya. Ilmu itu wajib, bukan sekadar pelengkap,” tegasnya.

Selain pengetahuan, bentuk tubuh seorang PT juga menjadi faktor penting dalam membangun kepercayaan member. Bang Tiwa menilai bahwa pelatih pribadi harus memiliki tubuh simetris dan proporsional sebagai representasi kompetensinya. Tubuh PT itu contoh nyata dari metode yang ia ajarkan. Kalau bodinya tidak simetris, banyak member membatalkan niat memilihnya sebagai pelatih,” ujar Bang Tiwa yang sudah 18 tahun didunia fitness ini.

Menurutnya, dalam dunia fitness, tampilan fisik bukan semata-mata soal estetika, tetapi bukti konsistensi dan pemahaman teknik latihan yang benar. Postur tubuh yang tidak seimbang dapat menunjukkan bahwa PT tersebut tidak menerapkan prinsip yang ia ajarkan. Member bukan cuma cari pelatih, tapi panutan. Kalau tampilan fisik saja tidak meyakinkan, bagaimana mau dipercaya memandu latihan?” imbuhnya.

Bang Tiwa berharap pengusaha kebugaran di Palopo dan daerah lainnya semakin profesional dengan menghadirkan PT yang tidak hanya bersertifikat, tetapi juga berilmu dan berpenampilan layak sebagai representasi gaya hidup sehat. Ini soal keselamatan, kepercayaan, dan tanggung jawab. PT yang kompeten lahir dari ilmu, latihan, dan sikap profesional. Itu yang harus dijaga,” pungkasnya.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *