TATOR, SABER | Peternak di Tana Toraja, Sulawesi Selatan memprotes rencana pemusnahan Kerbau yang terkonfirmasi positif penyakit mulut dan kuku (PMK).
Akibatnya Dinas Pertanian dan Peternakan Tana Toraja membatalkan rencana pemusnahan tersebut. Rabu (14/7/2022)
Kepala Bidang (Kabid) Peternakan Tana Toraja Hanok mengungkapkan, Pemusnahan itu tidak jadi karena peternak tidak mau kerbaunya di sembelih, karena mereka menilai kompensasi 10 juta yang di berikan tidak sesuai dengan harga kerbaunya.
Selain itu, peternak menilai penyakit PMK ini bisa di sembuhkan, Jadi rugi bila di musnahkan. Beberapa kerbau yang mengalami pembusukan di bagian mulut dan kuku kondisinya sudah mulai membaik.
“Kita tadi periksa, ada beberapa kerbau memang sudah tidak menimbulkan gejala yang parah. Sudah menunjukkan ciri-ciri kesembuhan, luka bagian kuku dan mulut sudah kering.”katanya.
Hanok menuturkan Pemda memang tidak mamaksa peternak untuk melakukan pemusnahan.
Namun peternak di minta untuk tetap melakukan karantina terhadap kerbau yang terjangkit PMK. Ada pemisahan kandang antara yang terjangkit dengan ternak sehat.
“Kandangnya juga jangan di satukan dengan ternak yang sehat karena virus ini sangat cepat menular, Hingga saat ini kita belum mendapatkan informasi meneganai penambahan kerbau terkonfirmasi, masi 28 jumlahnya positif,” tutur Hanok
Sementara, salah seorang peternak kerbau, Sompaeng menyampaikan alasannya enggan melakukan pemusnahan hewan ternak. ini lantaran nilai kompensasi yang di sepakati jauh di bawah harga pasar.
“Tidak tega saya kalau di musnahkan begitu saja, Memang itu ada kompensasinya tapi tidak setara pak, kita sudah rawat bertahun-tahun harganya kerbau saya ini Rp 40 juta. Coba lihat mi selisihnya.” pungkas Sompaeng.(*)