PALOPO, SABER | Dinas Pertanian Peternakan dan Perkebunan (Dispertanak) Kota Palopo melakukan Inseminasi Buatan (IB) ternak sapi di Kelompok Ternak Belimbing Mekar, Kelurahan Pentojangan, Kecamatan Telluwanua, Rabu (20/01/2021).
Kepala Dinas Pertanakbun Kota Palopo, Ibnu Hasyim, S.STP menjelaskan, ada beberapa tujuan penting pelaksanaan inseminasi buatan tersebut. Diantaranya, dalam rangka mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama. IB juga bertujuan untuk meningkatkan angka kelahiran ternak dengan cepat dan teratur.
”Tujuan perkawinan sapi dengan sistem inseminasi buatan adalah untuk meningkatkan mutu ternak lokal, mempercepat peningkatan populasi ternak dan menghemat penggunaan pejantan,” terang Ibnu didampingi Kabid Peternakan.
Selain untuk memperbaiki mutu genetika ternak, dengan perkawinan sapi dengan sistem IB juga tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan. Sehingga hal itu dapat mengurangi biaya. Juga dapat ,mencegah penularan atau penyebaran penyebaran penyakit kelamin pada sapi.
”Keuntungannya kita bisa menghemat biaya. Dengan adanya inseminasi buatan peternak tidak perlu lagi memelihara pejantan sapi, sehingga biaya pemeliharaan hanya dikeluarkan untuk indukan saja,” lanjutnya.
Sekedar diketahui, inseminasi buatan pada sapi atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina, dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun‘.
Adapun keuntungan inseminiasi buatan diantaranya, dapat menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan, dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik, mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding), dan spermatozoa dapat simpan dalam jangka waktu yang lama.
Keuntungan lainnya, semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati, dan menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar, serta menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.(*)