SABER, PALOPO | (OPINI). Di pagi hari, Sabtu tanggal 9 Desember 2023, kami yang ada di salah satu grup WA dapat kiriman tulisan dari guru saya Prof.
Muhaemin. Tulisan yang sangat menginspirasi dengan judul “Membangun Tradisi Membaca Dan Menulis” ditulis oleh M. Husnaini. Ph.D., dosen Universitas Islam Indonesia.
Poin penting yang dapat saya ambil sebagai kesimpulan dari tulisan itu sebagaimana kata sang penulisnya, bahwa di atas keterampilan berbicara dan mendengar terdapat keterampilan yang perlu terus diasah dan dikembangkan, yaitu keterampilan membaca dan menulis, sebab kata M.Husnaini. Ph.D, dari sekian juta umat Islam di Indonesia, hanya berapa gelintir saja yang terampil membaca.
Membaca, kata sebagian kita, hanyalah pengantar tidur. Sedih sekali mendengar pertanyaan itu. Parahnya lagi, kata M.Husnaini. Ph.D., tidak sedikit dari orang yang berpendapat demikian adalah mereka pemilik gelar pendidikan tinggi. Keterampilan puncak dari berbicara, mendengar dan membaca adalah menulis. Orang yang terampil di bidang ini lebih sedikit lagi.
Buktinya, dikalangan umat Islam, jumlah penceramah lebih banyak ketimbang jumlah penulis. Apa yang disampaikan oleh M.Husnaini. Ph.D., sang penulis di atas benar adanya dan itu fakta.
Itulah mengapa sehingga di berbagai kesempatan sebagai pembicara atau narasumber pada acara yang dimotori oleh elemen mahasiswa.
Saya senantiasa mengatakan bahwa sejatinya kebiasaan mahasiswa itu hanya ada tiga yaitu membaca, berdiskusi dan menulis.
Ketiganya sangat penting sebab dengan membaca pengetahuan akan bertambah, dengan bermusyawarah atau berdiskusi, wawasan akan terbuka dan dengan menulis, nilai-nilai yang kita pahami dipahami pula orang lain.
Namun, sepertinya ketiga hal yang perlu dibiasakan tersebut agak sulit terwujud untuk saat ini oleh sebagian mahasiswa sebab jika kita memerhatikan, banyak di antaranya yang senang menghabiskan waktunya hanya untuk bermain game.
Bukan berarti bermain game itu tidak boleh, tetapi perlu waktu dan batasan tertentu. Jangan sampai waktu yang dimiliki dalam sehari itu lebih banyak untuk bermain game sehingga untuk menumbuhkembangkan kebiasaan di atas, terabaikan.
Teknologi game yang ada digenggaman Anda saat ini, sengaja dibuat oleh orang-orang tertentu untuk membius anak-anak muda kita sehingga melupakan kegiatan positif seperti membaca, berdiskusi dan menulis. Dan bukan hanya itu, interaksi antara sesama juga menjadi berkurang.
Dapat Anda perhatikan, ketika mereka sedang asyik bermain game lalu Anda lewat di depannya sampai akhirnya Anda duduk di depannya pun, terkadang tidak diperhatikan begitulah fenomena dikalangan generasi muda saat ini, yang kata Albert Einstein bahwa “Saya takut hari ketika tekhnologi akan melebihi interaksi manusia. Dunia akan memiliki generasi idiot”.(*)